Rusli Zainal Sang Visioner - Robot militer yang digunakan untuk melakukan pengeboman dan pengintaian pihak kepolisian dan TNI diakui Menristek masih didominasi buatan asing. Hal itu dinilai buah dari terbuainya Indonesia atas manisnya kredit asing.
Demikian diungkapkan Menristek Kusmayanto Kadiman usai perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke XIV yang berlangsung di Gedung BPPT, Jakarta,
Senin (10/8/2009).
Namun, lanjut menristek, kebijakan tersebut sudah mulai ditinggalkan sejak 2008. Tak akan bebas lagi penerapan kredit yang menggantung diri ke negara-negara luar, tapi akan didorong kredit dalam negeri.
Robot militer seperti yang digunakan oleh Tim Densus 88 dalam pengeboman rumah teroris di Temanggung memang terbilang mahal. Jika dibeli dari negara lain harga robot yang bisa dikustomisasi tersebut bisa mencapai ratusan juta hingga Rp 1 miliar.
Tahun 2009 ini, Menristek sudah mencanangkan bahwa institusi yang dipimpinnya bakal mendukung bidang Hankam dalam hal teknologi. "Hankam kita harus jadi tuan rumah di negara sendiri. Tak cuma alutsista (alat utama sistem senjata), ada peralatan khusus dan lainnya," tegasnya.
Demikian diungkapkan Menristek Kusmayanto Kadiman usai perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke XIV yang berlangsung di Gedung BPPT, Jakarta,
Senin (10/8/2009).
"Robot militer yang kita gunakan itu merupakan investasi dari masa lalu yang pernah terbuai dari kredit asing, tapi lama-lama jadi ketergantungan," ujarnya kepada sejumlah wartawan.
Namun, lanjut menristek, kebijakan tersebut sudah mulai ditinggalkan sejak 2008. Tak akan bebas lagi penerapan kredit yang menggantung diri ke negara-negara luar, tapi akan didorong kredit dalam negeri.
Robot militer seperti yang digunakan oleh Tim Densus 88 dalam pengeboman rumah teroris di Temanggung memang terbilang mahal. Jika dibeli dari negara lain harga robot yang bisa dikustomisasi tersebut bisa mencapai ratusan juta hingga Rp 1 miliar.
"Kita sudah punya robot morolipi buatan LIPI. Kalangan universitas juga jangan hanya exercise, tapi juga harus mulai memebuhi kebutuhan market," tukas mantan Rektor ITB itu.
*** Rusli Zainal Sang Visioner ***
0 comments:
Post a Comment